Beberapa hasil penelitian yang
berhubungan dengan Ilmu Satria Nusantara dan dilakukan oleh para
ahli/pakar dibidangnya masing-masing adalah sebagai berikut :
1.
dr. Noviar, DSKO (Fakultas Kedokteran UI Jakarta)
Dalam
rangka tesis S-2, beliau mengadakan penelitian tentang pengaruh
pelatihan Satria Nusantara terhadap kesegaran jasmani (diwakili
pengukuran VO2MAX) menggunakan objek anggota-anggota Satria Nusantara
Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan VO2MAX
sebesar 19,8% dan sangat bermakna (p = 0,00) selama 3 bulan pelatihan.
Ini membuktikan pelatihan Ilmu Satria Nusantara secara nyata mampu
meningkatkan kesegaran jasmani yaitu meningkatkan daya tahan kerja
jantung-paru, pembuluh darah dan otot-otot mayoritas.
2.
Prof. DR. Abdul Razak Thaha, dkk. (SP3T Sul-Sel dan Fakultas Kedokteran UNHAS Makassar)
Penelitian dilakukan untuk melihat manfaat pelatihan Pradasar selama 12 hari. Hasil penelitian menunjukkan :
1. Berat badan peserta menuju normal
2. Meningkatkan kekuatan kontraksi otot, terutama otot tungkai, tangan, dada, punggung dan pinggang.
3. Meningkatkan kemampuan ventilasi paru.
4. Menurunkan lemak tubuh terutama otot perut dan triseps.
5. Meningkatkan efisiensi kerja kardiovaskular yaitu menurunnya denyut jantung dan tekanan darah sistolik.
3.
Prof. dr. Giriwijoyo YSS., Dkk. (
FPOK IKIP Bandung)
Meneliti
pengaruh pelatihan Satria Nusantara terhadap tekanan darah dan denyut
nadi istirahat. Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah menuju normal
dan denyut nadi istirahat menurun.
4.
Muchtamadji M. A. Dkk. (FPOK IKIP Bandung)
Meneliti
pengaruh pelatihan Satria Nusantara terhadap kapasitas vital paru dan
kemampuan menahan nafas. Hasil penelitian menunjukkan kapasitas vital
paru meningkat dan kemampuan menahan nafas jauh lebih lama.
5.
DR. Suhartono TP, dkk. (Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya)
Meneliti
pengaruh pelatihan Satria Nusantara terhadap daya tahan stres dan imun
(kekebalan) dengan melihat kandungan kadar hormon anti stres ACTH dan
hormon Kortisol anggota Satria Nusantara dibandingkan kelompok lain
(kontrol). Beda kadar hormon anti stres ACTH dan hormon Kortisol pretest
dan postest hasil penelitian sebagai berikut :
Kelompok
ACTH 7,526 + 11, 79
Kortisol 1,610 + 2,37
Satria Nusantara -3,020 + 6,58
Kontrol 0,454 + 2,33
Uji statistik menunjukkan adanya perbedaan nyata (p<0,05). Penelitian ini membuktikan :
1.
Peningkatan hormon anti stres ACTH yang lebih besar pada anggota
Satria Nusantara, menunjukkan anggota Satria Nusantara memiliki daya
tahan yang lebih tinggi terhadap stres sehingga lebih sabar dan lebih
bisa mengendalikan diri.
2. Peningkatan hormon Kortisol pada
batas tertentu menunjukkan anggota Satria Nusantara memiliki imunitas
(kekebalan tubuh) yang lebih baik terhadap penyakit. Jumlah hormon
Kortisol yang cukup banyak juga cenderung menimbulkan suasana ceria dan
gembira (happy).
6.
Prof. DR. Abdul Razak Thaha, dkk. (
SP3T Sul-Sel dan Fakultas Kedokteran UNHAS Makassar)
Meneliti
perbedaan keadaan psikis/kejiwaan antara berbagai Tingkatan Penguasaan
Jurus dengan variabel : skala anxietas, manifest anxietas, caudality,
ketergantungan, hipokondri, depresi, histeria, dan psikiastenia,
menggunakan metode : MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory)
adaptasi untuk orang Indonesia oleh Rudy Salam (1989). Hasil penelitian
menunjukkan :
1. Terdapat perbedaan skor yang bermakna antara kelompok Tingkatan Jurus pada variabel di atas.
2. Skor pada variabel semakin menurun dengan semakin tingginya Tingkatan Jurus.
Hal ini membuktikan semakin tinggi Tingkatan Jurusnya berarti semakin stabil emosinya dan percaya dirinya lebih besar.
7. DR. Sulistyawati dkk. (LAB. P4K-TD Departemen Kesehatan di Surabaya)
Meneliti
tentang pengaruh pelatihan Satria Nusantara terhadap penderita diabetes
militus (penyakit gula). Hasil penelitian menunjukkan :
1. Kadar gula menurun
2. Gejala neuropathi membaik sampai 60%.
Meneliti tentang pengaruh pelatihan Satria Nusantara terhadap penderita lepra.
Hasil penelitian menunjukkan :
1. Jumlah luka berkurang
2. Fungsi syaraf (perasa) meningkat
3. Semangat hidup dan percaya diri penderita meningkat
8.
Prof. DR. Abdul Razak Thaha, dkk. (
SP3T Sul-Sel dan Fakultas Kedokteran UNHAS Makassar)Meneliti
pengaruh pelatihan Satria Nusantara intensif 7 hari dan rutin 4 minggu
terhadap : kadar kolesterol total, kadar HDL dan LDL, rasio HDL/LDL,
Trigliseride, berat badan dan indeks massa tubuh.
Hasil penelitian menunjukkan :
1. Penurunan berat badan
2. Penurunan indeks massa tubuh
3. Pelatihan intensif 7 hari mempunyai dampak bermakna terhadap :
a. Penurunan kadar kolesterol darah total
b. Peningkatan kadar HDL darah
c. Penurunan kadar LDL darah
d. Peningkatan rasio HDL/LDL darah
e. Penurunan kadar trigliseride darah
4. Pelatihan rutin 4 minggu dengan pengawasan ketat memiliki dampak bermakna terhadap :
a. Penurunan kadar kolesterol darah total
b. Penurunan kadar trigliseride darah
c. Mempertahankan kadar normal HDL dan LDL darah serta rasio HDL/LDL
9.
DR. Hariadi, dkk. (LAB. P4K-TD Departemen Kesehatan di Surabaya)Menggunakan
kamera radiasi termal inframerah mengukur adanya gelombang inframerah
intensitas tinggi pada telapak tangan anggota Satria Nusantara
(bertenaga dalam). Juga terlihat perbedaan titik-titik panas pada
telapak tangan apabila :
a. Anggota berniat hanya sekedar
mengkonsentrasikan tenaga di telapak tangan. Titik-titik panas lebih
banyak di telapak tangan.
b. Anggota berniat memancarkan tenaga. Titik-titik panas agak menyebar keluar selain di telapak tangan.
10.
DR. Sunarko, dkk. (Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya)
Meneliti tentang pengaruh pemaparan/pemancaran tenaga dalam terhadap tikus.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tikus-tikus yang dipancari tenaga dalam
dibanding yang tidak dipancari (kelompok kontrol) mengalami hal-hal
sebagai berikut :
a. Sel darah merah dan hormon Kortisolnya lebih banyak.
b. Respon biologik berupa memakan makanan meningkat (makanan yang dimakan lebih banyak).
c. Berat badan, jantung dan tulangnya lebih berat.
d. Sel ginjal dan hepar tetap sama (hal ini menunjukkan bahwa pancaran tenaga dalam tidak bersifat meracuni).
11.
DR. Hariadi, dkk. (LAB. P4K-TD Departemen Kesehatan di Surabaya)Menggunakan
alat corona menghasilkan foto kirlian untuk mendeteksi penyakit
seseorang melalui foto tiga jari tengahnya. Pada saat diadakan
penghusadaan, dilihat loncatan corona pada tiga jari tengah pasien.
Ternyata ada perubahan/perbedaan sebelum diobati, sedang proses
penghusadaan (perubahan sangat aktif) dan sesudah selesai penghusadaan.
Kebenaran suatu ilmu tidak hanya cukup dibicarakan. Selain
dirasakan manfaatnya secara langsung, perlu pula dicari kebenaran dan
pengembangannya melalui percobaan dan penelitian sehingga hasilnya
berupa fakta tak terbantahkan, bukan sekedar teori dan konsep yang dapat
dibantah teori lain.